Korupsi Di Negeri Agamis.


Rasanya tidak ada yang lebih aneh dari negeri bernama Indonesia ini dibanding negeri - negeri lain di seantero jagat dimanapun berada. Betapa tidak, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini sungguh berbeda setidaknya dengan apa yang bisa kita bayangkan. Mesjid dan Surau tersebar dimana - mana, bahkan termasuk negara yang memiliki mesjid terbanyak di dunia. Sekolah Islam dan Pesantren tak sedikit. Berbagai bentuk pengajian dan kegiatan keagamaan tak berkurang selalu dipenuhi oleh ummat.
Dengan kondisi seperti itu Indonesia sudah seharusnya menjadi teladan sekaligus rujukan akhlak dan moral bagi manusia dari seluruh dunia.
Tapi aneh, keadaannya justru terbalik, di negara ini angka korupsinya justru tinggi, kecenderungannya bukan berkurang malah makin menjadi -jadi. Perilaku koruptif itu bukan hanya milik orang - orang di pemerintahan, di tengah masyarakat pun perilaku itu berkembang luas. Mulai dari hal yang paling sederhana seperti mengurangi timbangan, mengurangi kadar mutu, sampai dengan penipuan dan manipulasi lainnya oleh kalangan atas.
Dan percaya tidak, yang lebih aneh lagi ketika hal ini saya tanyakan kepada beberapa orang pada suatu waktu sebelumnya, maka jawaban yang saya dapat hampir semua seragam bahwa menurut mereka korupsi itu tak ada sangkut pautnya dengan agama karena korupsi itu adalah perbuatan oknum.
Saya terkejut sekaligus takjub bahwa mereka amat lihai untuk mengalihkan dan membuat dalil baru yang keliru hanya untuk menutupi kekurangan kita dan tidak berusaha mengakui faktanya.
Pertanyaannya, bagaimana sebetulnya mereka memaknai agama ? Bukankah salah satu tujuan diturunkannya agama adalah demi memperbaiki akhlak ? Lalu bagaimana pula dengan istilah yang sering di sampaikan dan kita dengar dalam kotbah bahwa agama adalah the way of life ? Bukankah dengan pemahaman itu agama adalah bagian dari keseharian manusia yang harus dijaga untuk tujuan akhir yang satu yaitu Allah Swt ?
Dengan pengertian seperti itu pula maka setiap manusia beragama seharusnya sadar dengan sepenuhnya bahwa dia tidak boleh mengambil sedikit pun barang milik orang lain dengan cara yang tidak sah, apalagi korupsi.
Sekiranya dengan agama yang diakui dan dibanggakannya itu ternyata mereka tak mampu memperbaiki akhlak dan enggan menjadikan norma agama sebagai pedoman mereka dari waktu ke waktu maka untuk apa manusia itu beragama ?

Runtuhnya kualitas moral bangsa kita sebenarnya berawal sejak lama sebagai akibat tafsir yang sebagaian besar kurang tepat tentang agama yang kemudian di sampaikan turun temurun dari generasi ke generasi sampai hari ini.
Dalam da'wah kita seringkali mendengar pemaparan kulitnya agama, bukan isi. Kita sering mewajibkan syariat dan melupakan hakikat. Sering pula kita mendengar larangan ketimbang perintah. Begitu pula ancaman dosa dan neraka tapi lupa menyampaikan tentang tanggung jawab kita sebagai manusia.
Sebagian pemuka agama sering dianggap dan bahkan mengaku sebagai figur yang seolah tahu segala, berilmu tinggi dan paling benar, padahal agama sama sekali tidak termasuk ilmu pengetahuan.
Artinya tidak ada satupun orang yang sejatinya bisa disebut pintar beragama karena muara dari pemahaman agama itu pada akhirnya adalah segala hal yang bisa diraba oleh indera manusia yaitu amal dan perbuatan.

Hal kedua yang menjadi sebab maraknya korupsi di Indonesia adalah fakta betapa lemah dan buruknya praktek penegakan hukum dinegeri kita ini. Hukuman bagi pelaku korupsi selama ini yang diputuskan ala kadarnya membuat koruptor tak pernah jera sementara itu koruptor baru pun terus muncul.
Dan bila kita menyimak berita setiap keputusan pengadilan terkait dengan vonis yang dijatuhkan kepada para koruptor selama ini maka kita pun akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tindakan pemberantasan korupsi di negara ini memang tidak pernah sungguh - sungguh dan tidak pernah serius.

Dan akhirnya kita dapat simpulkan bahwa tingginya angka korupsi di Indonesia setidaknya disebabkan oleh 2 faktor yaitu kualitas moral yang buruk dan lemahnya penegakan hukum.
Dan dengan memperhatikan bahwa korupsi sudah merasuk ke semua sektor di semua tingkatan dan sudah berlangsung lama secara sistematis maka akhirnya suka atau tidak suka kita harus menerima kenyataan betapa jahiliyahnya kita sebagai bangsa sekarang ini.
Atau kita sudah menjelma menjadi bangsa pembangkang yang tampil santun ?










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Harus Di Pecut Dulu Agar Kita Sadar.

Kota Yang Terbalik.

Jarak Rumah dan Tempat Kerja