Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Jakarta Mengatasi Macet.

Dalam waktu dekat ini nampaknya PemProv DKI Jakarta bersama Kepolisian Daerah Metro Jaya akan memberlakukan aturan Ganjil Genap untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta yang memang sudah demikian akut. Aturan ini akan diterapkan terutama pada jalur-jalur 3 in 1 termasuk koridor Bus Rapid Transit pada hari jam kerja yang akan di mulai dari jam 06.00 WIB sampai dengan jam 20.00 WIB, sebagaimana diberitakan oleh berbagai media hari ini. Tentu kita perlu mendukung setiap usaha Pemerintah Daerah dalam rangka mengurai kemacetan di Ibukota Negara ini, akan tetapi mengingat besarnya jumlah kendaraan yang memadati jalan-jalan di Jakarta saat ini tentu membuat kita berpikir pula apakah langkah ini akan berhasil atau malah hanya memindahkan kemacetan saja. Namun dari hasil uji coba yang telah dilakukan ternyata mampu mengurangi kemacetan hingga 40 persen dan sekaligus menambah kecepatan kendaraan dan waktu tempuh serta penghematan konsumsi BBM. Terlepas dari upaya itu, masih ada b

Beragama, Beriman ?.

Kalau saja semua orang yang beragama itu beriman maka damai lah dunia ini, dapat dipastikan tak kan ada permusuhan, tak ada perselisihan antar sesama manusia, semua tenang dan harmonis. Dengan iman yang yang tumbuh baik di dalam diri setiap manusia maka manusia itu akan menjadi manusia yang sabar, toleran, saling tolong menolong dan saling memberi manfaat satu sama lain. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa setiap orang yang se agama adalah se iman, maka hal ini adalah sebuah kecerobohan pikir yang perlu di luruskan mengingat perbedaan dari pengertian yang sangat jauh antara agama dan iman itu sendiri. Beragama adalah perkara mudah, setiap orang dapat memilih agama sesuai dengan keyakinan dan pengalaman masing-masing. Tapi beriman adalah perkara sulit dan tak semua manusia dapat melalui terjal nya pendakian puncak keimanan itu. Dalam satu agama saja terdapat banyak sekali aliran yang oleh masing-masing kelompok tersebut aliran mereka di klaim paling benar dibandingkan dengan alira

Kembali ke Zaman Jahiliyah.

 Menggambarkan kondisi kehidupan berkebangsaan di Indonesia saat ini seperti membayangkan kondisi pada masa lalu sebelum kedatangan Rasulullah di tanah Arab saat itu dimana menurut penjelasan yang kita baca melalui kitab suci dan penuturan para alim ulama, dapatlah kita simpulkan bahwa pada masa itu dicatat sebagai masa paling suram, serba tak menentu dan tanpa arah. Pada masa itu juga diceritakan bahwa manusia banyak yang menyembah berhala, gemar berlaku curang dalam berniaga, mabuk dan berjudi. Kurang lebih sama dengan kondisi di Indonesia pada saat sekarang ini di mana banyak di antara kita yang sudah pula menyembah "berhala" baru, yang tanpa disadari lebih menarik dan lebih penting untuk di sembah dari pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedangkan yang gemar berbuat curang pun tak terhitung banyaknya, begitu pula yang "mabuk" dan yang senang ber "judi" pun tak sedikit jumlahnya, padahal mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam yang rajin memenuhi

Jalan Keluar dari Masalah.

Tak seorang pun manusia di muka bumi ini yang tak punya masalah. Tak peduli apakah ia seorang yang berpangkat tinggi atau rendah, orang terhormat atau kaum jelata, laki-laki atau wanita, semua punya masalah. Yang membedakan adalah besar kecilnya masalah yang dihadapi dan kemampuan masing-masing manusia itu dalam menyelesaikannya. Sebagian dari kita ada yang mempunyai masalah ringan-ringan saja dan dapat diatasi dengan mudah, akan tetapi sebagian lagi ada pula yang di timpa masalah bertubi-tubi seolah tak ada habisnya sehingga banyak diantara mereka yang akhirnya putus asa karena tak kunjung ditemukan jalan keluarnya. Satu hal yang perlu di ingat adalah bahwa setiap masalah yang timbul dan membebani kehidupan kita itu bukanlah hukuman dari Tuhan kepada kita manusia, melainkan akibat dari ulah dan perbuatan kita sendiri di masa lalu yang sangat boleh jadi tak pernah kita sadari sebelumnya. Bukankah kita seringkali bertindak ceroboh dan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain t

Kota Yang Terbalik.

Banyak kenyataan lucu yang terdapat di kota besar Jakarta ini yang menjungkir balikkan akal sehat kita. Bagaimana tidak, bahwa niat untuk berbuat baik saja dengan sesama warga karena dorongan naluri alami manusia yang memang ingin menolong warga lainnya yang membutuhkan, ternyata akhir-akhir ini tidaklah mudah. Seseorang yang berniat menolong dengan ikhlas sekalipun maupun seseorang yang menerima tawaran pertolongan dari orang lain itu terlebih dahulu haruslah waspada apakah niat baik si penolong benar-benar tulus hanya untuk sekadar menolong atau jangan-jangan ada niat jahat dibalik kebaikannya itu. Sebaliknya si penolong pun harus pula waspada dan hati-hati memberi bantuan pertolongan pada seseorang yang hendak di tolong, apakah kebaikan yang ditawarkan pada seseorang itu justru tidak menjadi bumerang bagi dirinya nanti, artinya kebaikan yang di berikan malah dibalas satu tindakan jahat dari orang yang di tolongnya itu. Kenyataan yang tak enak ini telah menjelma menjadi sebuah

Pupuk atau Tanah.

Pupuk dan tanah sebagai media tumbuh berbagai komoditas pertanian bagi setiap petani adalah dua unsur paling penting saat ini khususnya di Indonesia. Kalau boleh memilih tentu para petani itu akan lebih senang mendapatkan lahan pertanian yang subur tanpa harus menggunakan pupuk mengingat harganya yang kian hari tambah tinggi. Akan tetapi kondisi yang terjadi saat ini tidaklah sesuai dengan apa yang di harapkan para petani itu dimana untuk menanam komoditi pertanian apapun diatas lahannya, maka petani itu terpaksa dan harus menggunakan pupuk dengan harapan agar hasil panen yang di peroleh kelak menjadi lebih banyak. Ketergantungan petani akan pemakaian pupuk tak lagi bisa di hindari mengingat semakin menurunnya kualitas kesuburan tanah karena berbagai faktor misalnya akibat pemakaian pupuk itu sendiri yang sudah sangat lama sehingga meninggalkan residu kimia yang merusak kemurnian tanah. Faktor lain adalah akibat pemakaian pestisida pembunuh hama yang cenderung pula berlebihan dan me

Merawat Uang Kertas Rupiah

Sudah teramat sering kita menemukan uang kertas rupiah dalam kondisi lusuh ketika bertransaksi di pasar, warung dan tempat-tempat lainnya. Mengapa demikian?. Sepertinya sebagian dari kita kurang peduli dengan keadaan itu atau lebih tepatnya kita kurang menyayangi uang kertas rupiah kita dengan tidak merawatnya dengan cara yang lebih baik. Entah sudah berapa kali kita melihat orang-orang menyimpan uang kertas rupiah dalam keadaan terlipat tak beraturan didalam saku celana sehingga uang kertas tsb tentunya menjadi mudah rusak dan bahkan mudah robek. Alhasil uang kertas rupiah kita menjadi lebih singkat masa usia pakainya dibandingkan bila uang kertas tsb disimpan dan dirawat dengan benar.